19 Maret 2025

PUASA : Ibadah Yang Paling Privasi

SHARE

Allah SWT berfirman dalam sebuah Hadis Qudsi "Puasa adalah untukku semata, dan Akulah yang akan memberikan pahalanya"

Salah satu dari lima karakteristik orang beriman sebagaimana dijelaskan pada permulaan suart Al Baqoroh adalah keimanan kepada yang ghoib, dari semua bentuk ibadah, puasa adalah ibadah yang paling pribadi, personal atau private, tanpa kemungkinan bagi orang lain untuk dapat sepenuhnya melihat, mengetahui apalagi menilainya, dengan demikian pada dasarnya tidak ada seorangpun tahu seseorang berpuasa, selain Allah SWT (dan dirinya sendiri). Puasa berbeda dengan sholat yang di anjurkan untuk dikerjakan bersama orang lain melalui sholat berjamaah, juga berbeda dengan zakat yang bahkan boleh "dipamerkan" sebab yang paling penting adalah pencapaian tujuan sosialnya. 

Baca Juga : Wahyu Pertama Sering Terlupakan

Dibandingkan dengan haji pun ibadah puasa lebih privat, sebab ibadah haji dilakukan dengan sepengetahuan orang banyak. Olah karena itu pertanyaanya ialah mengapa orang berpuasa? Padahal dia dapat membatalkannya kapan saja dia mau, mengapa orang bersedia menahan lapar dan haus serta pemenuhan biologis lainnya, padahal dia dapat melakukan itu semua kapan saja secara pribadi dan rahasia (sembunyi sembunyi) tanpa diketahui orang lain? Jawabannya tidak lain karna dia meyakini bahwa Allah SWT selalu menyertainya, melihat dan mengawasinya. Dia tidak akan melanggar suatu larangan sekalipun dia dalam keadaan sendirian, karna dia yang ghoib selalu hadir bersamanya, yaitu Allah SWT. 

Dia sepenuhnya menyadari apapun yang ia lakukan baik maupun buruk tidak akan pernah lolos dari pengawasan Allah SWT, karena Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Karena pangkal taqwa adalah keimanan yang mendalam, dan kesadaran tanpa ragu akan kehadiran Allah SWT dalam kehidupan dan segala aktifitas manusia, maka puasa sebagai ibadah yang sangat pribadi itu merupakan latihan sekaligus peragaan atas kehadiran Allah SWT. Inilah yang menjadi tujuan pokok ibadah puasa, yang kemudian melimpah kepada nilai-nilai kehidupan lainnya yang amat mulia. 

Baca Juga : Istilah-istilah Populer di Bulan Al-Qur’an

Misalnya dengan puasa yang di jalankan dengan penuh kesadaran yang mendalam akan kehadiran Allah SWT dalam kehidupan, seseorang dilatih untuk mampu menahan diri, yaitu menahan diri dari dorongan dan desakan memenuhi kebutuhan yang menjelma menjadi dorongan "hawa nafsu". Dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW menyatakan "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan membiasakannya, maka Allah SWT tidak akan peduli bahwa orang itu berpuasa". Artinya apabila seseorang berpuasa namun tetap melakukan perbuatan buruk seperti dusta, fitnah, menyakiti orang lain dan seterusnya, maka Allah SWT tidak butuh akan puasa orang tersebut, Jadi sia-sia lah puasanya. 

Ini tentu wajar sekali karena konsekuensi yang mendalam akan kehadiran Allah SWT  dalam kehidupan adalah moralitas yang tinggi, budi pekerti yang luhur atau akhlaqul karimah. Karena menyadari bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala amal perbuatannya, karna seseorang yang bertaqwa dengan sendirinya tidak akan melakukan tindakan yang sekuranya Allah SWT tidak meridloinya, inilah yang dimaksud oleh Sabda Nabi "Bahwa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga ialah taqwa kepada Allah SWT dan budi pekerti yang luhur". 


By LD MWC NU Ampelgading (Fuad Zainudin)

SHARE

Admin :

Website Resmi Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama yang dikelola oleh Pengurus NU Care - Lazisnu Desa Banglarangan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang. Email : lazisnubanglarangan@gmail.com

0 Comments: