Secara hisab, ulama-ulama NU sudah bisa menentukan kapan sebenarnya bulan ramadan masuk dan begitu juga saat syawal tiba. Tapi, ulama NU tidak berani mendahului kehendak Allah SWT sehingga selalu menulis catatan dalam kalender NU, untuk penentuan awal bulan Qomariyah ditunggu hasil rukyat.
Baca Juga : Sunnah-Sunnah Yang Di Lakukan Saat Lebaran
Sebagai ta'abudi (Pertimbangan Ibadah ), ulama NU selalu mengawali bulan dengan rukyat, khususnya untuk bulan ramadan, syawal dzulhijjah. NU tidak ingin menyombongkan diri dengan mendahului kehendak Ilahi. Sebab, dalam sekian hitungan hisab itu selalu ada perbedaan hasil konjungsi dan posisi bulan.
Lalu mau dipakai yang mana? Nah, rukyatlah yang bisa menyatukan semua hasil hitungan itu. Bahkan ulama Arab Saudi Syaikh Abdul Mohsen al Obaikan menyatakan hisab sebagai penentu awal bulan adalah bid'ah.
Baca Juga : Sunah Dan Doa Waktu Hari Raya
Muktamar NU ke-27 situbondo Jawa Timur tahun 1984 juga mempercayakan penetapan awal bulan kepada pemerintah, sepanjang pemerintah dalam penetapan itu mempergunakan hasil rukyat, bukan hisab. Jika hanya pertimbangan hisab, maka tidak wajib diikuti. Rukyat bagi NU adalah harga mati.
Sumber Risalah NU
By LD MWC NU Ampelgading (Fuad Zainudin)
Mantap
BalasHapus