25 Maret 2025

BERBURU HARI RAYA, LEBARAN Ataukah PREDIKAT IDUL FITRI ?

SHARE

Setiap manusia yang lahir kedunia ini dalam kondisi suci dari segala dosa inilah keyakinan lslam, maka tidak perlu ada pembaptisan seperti doktrin nasrani dan seterusnya. Namun kesucian tersebut sangat rentan ternodai oleh gemerlapnya kehidupan duniawi, kompetisi kehidupan yang culas, curang dan seterusnya. manusia yang kering akan spiritualitas di sandingkan dengan kompetisi yang tidak sehat memaksa meletakkan kesuciannya dibawah ambisi duniawiah, namun atas rahmat Allah SWT lah dianugrahkannya bulan Ramadan, yang secara bahasa membakar, yaitu membakar egoisme, keangkuhan, keserakahan, kesesatan, kealpaan, dosa dan seterusnya. 

Baca Juga : Sucikan Hati, Bersihkan Jiwa Bayar Zakat Fitrah di Bulan Penuh Berkah

Selain itu Ramadan mengandung tiga keistimewaan sekaligus yaitu bulan kasih sayang, ampunan dan pembebasan dari siksa neraka. Itulah yang memotivasi meningkatnya spiritualitas pada bulan tersebut. sayangnya pada tingkat tertentu hanya terjebak pada kesalehan simbolik. Masih pada keistimewaan Ramadan dalam salah satu hadits dinyatakan Ramadan adalah bulan mulia sekaligus keberkahan yang di dalamnya terdapat Lailatul Qodar, di wajibkannya puasa, di sunahkan tarawih, amal kebaikan dihargai sebagaimana ibadah fardlu pada bulan lainnya, amalan fardlu di balas 70 kali lipat, Ramadan mengajarkan kita untuk bersabar, balasan dari kesabaran adalah surga, bulan Ramadan juga mengajarkan kita untuk mempererat solidaritas antar sesama, begitulah hadits Nabi. 

Namun golden momen tersebut tidaklah mudah diraih oleh umat lslam, ini tercermin dari kualitas puasa itu sendiri ada 3 kualifikasi tingkatan puasa, ( 1 ) puasa tingkatan dasar, yaitu mereka yang berpuasa hanya sekedar meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa, ini merupakan puasa pada umumnya umat lslam, ( 2 ) puasa  tingkatan menengah, selain meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa juga menjaga seluruh organ tubuhnya dari perbuatan dosa serta menghindari dari perbuatan yang membatalkan pahala puasa itu sendiri, ini puasanya orang sholeh, ( 3 ) tingkatan elit, selain menghindari dari yang membatalkan pahala puasa juga menjaga hati agar selalu ingat Allah SWT, yaitu puasanya para sodiqin dan auliya. 

Pada sisi lainnya menjelang Idul Fitri godaan terberat bagi seorang yang berpuasa diantaranya : tidak mencintai kaum dhuafa, salah memaknai akhir Ramadan, sibuk mempersiapkan lebaran dan menganggap Idul Fitri sebagai hari pembebasan. dari kualitas itulah puasa dan godaan godaan tersebut yang menyebabkan umat lslam hanya memburu hari raya, lebaran ataukah pantas menyandang predikat Idul Fitri? Idul Fitri, kembali ke fitrah, kembali suci. yang artinya sedang berada diluar kesucian. Maka Idul Fitri hanyalah untuk orang dewasa yang telah mengotori diri sendiri dengan noda dan dosa setelah lahir dalam kondisi suci. maka Idul Fitri tidak untuk anak-anak yang belum terbebani hukum ( mukallaf ), mereka masih menikmati fasilitas kefitrahannya yang merupakan servis lslami sebelum masa berlakunya berakhir, melainkan untuk orang dewasa yang telah mengotori dirinya sendiri.

Baca Juga : Mengenal Lebih Dekat Calon Ketua Kopri PMII, Jelang Konfercab PMII Pemalang

ldul Fitri juga bisa bermakna ldul futhur, kembali sarapan pagi. ini juga berlaku bagi mereka mereka yang telah satu bulan tidak sarapan pagi ( puasa ). Orang yang berbuat maksiat pasca puasa Ramadan bagaikan orang yang sudah mandi bersih, pakai sabun, shampo, berhanduk lalu perpakaian serba putih nan bersih bertabur parfum dan aksesoris, lalu berjalan keluar rumah mengambil kotoran, kemudian di oleskan ke tubuhnya dan di tabur taburkan mengenai pakaiannya. ternyata para setan aktif kembali di bulan syawal ( syala - yasyulu - syawalan = lepas ) setelah sebulan di rantai. setan mengkoordinasi mitra kerjanya dan mempersiapakan jebakan terindahnya, ada dangdut ketupat, goyang Idul Fitri dan seterusnya.

Sungguh mereka adalah agen agen setan yang memanfaatkan momen Idul Fitri. Dengan demikian kita dapat mengukur kualitas puasa diri kita masing masing, apakah sebatas gembira berhari raya yang penting bersuka cita dengan hari raya tanpa menjalankan puasa sebelumnya, atau lebaran yang bagi sebagian umat lslam yang terpenting sudah berpuasa walaupun tidak membekas apapun pada dirinya dan tidak ada perubahan berarti pasca Ramadan, atau benar benar predikat Idul Fitri yang mampu mengembalikan dirinya kepada kefitrahannya sebagai bekal menghadapi 11 bulan berikutnya.

Ramadan bukanlah sasaran utama kita, tetapi sebagai sebuah sarana mengembalikan kefitrahan manusia itu sendiri. besar harapan kita, ibadah puasa Ramadan mampu memperbaiki diri kita untuk menhadapi tantangan yang lebih kongkrit pada bulan bulan berikutnya. puasa dan ibadah ibadah lainnya baru bisa bermakna bila ia berimplikasi secara sosial. Seseorang yang berpuasa bisa berempati dengan kaum dhuafa yang biasa akrab dengan lapar dan dahaga. Seiringin doa Aidin Ilal Fithroh Wal Faizin Bil Maghfiroh Wa Rohmah.


By LDNU MWC NU Ampelgading (Fuad Zainudin)

SHARE

Admin :

Website Resmi Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama yang dikelola oleh Pengurus NU Care - Lazisnu Desa Banglarangan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang. Email : lazisnubanglarangan@gmail.com

0 Comments: