Nama besar Kiai Haji Hasyim Asy’ari tentu sudah banyak orang yang tahu. Namanya terukir dengan tinta emas bagi masyarakat muslim Indonesia, terlebih lagi bagi warga Nahdhiyyin sebutan bagi warga Nahdhatul Ulama. Karena KH. Hasyim Asy’ari adalah tokoh pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama yang didirikan pada tanggal 31 Januari 1926. Artikel ini mencoba mengupas kembali riwayat hidup singkat sang maha Kiai Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dan ayah dari KH. Wahid Hasyim dan kakek dari KH. Abdurahman Wahid Ketua Umum NU kala itu dan Presiden Republik Indonesia ke-4 yang nyentrik dan penuh kontroversial.
Baca Juga : Kiai Ahmad Sjaichu Panjang Umur Banyak Amal
Perintis Kemerdakaan
Hadratus Syekh demikian KH. Hasyim Asy’ari dipanggil dikalangan Nahdhatul Ulama, memiliki perananan yang sangat besar dalam perjuangan bangsa Indonesia. Beliau hidup dimana pada masa-masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Masa Revolusi Perjuangan Kemerdeaan. Kharisma dan Peran Hadratus Syekh sangat besar. Perjuangan beliu yang besar ini sangat jarang di tulis dalam buku-buku sejarah formal misalnya di buku teks book mata pelajaran Sekolah Dasar, SMP dan juga SMA.
Nampak ironis memang, padahal justru karena jasa-jasanya yang besar terhadap perjuangan bangsa dan negara ini Hadratus Asy’ari diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia seperti tertuang dalam surat keputusan Presiden RI nomor 294 Tahun 1964 tanggal 17 Nopember 1964. Peranan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari adalah perjuangan beliau dalam mengangkat senjata terhadap penjajah, mendirikan lasykar Hizbullah, lasykar Sabilillah dan laskar Mujahidin.
Satu hal yang sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia adalah fatwa beliau mengenai Resolusi Jihad yaitu fatwa beliau mengenai sikap bangsa Indonesia (muslim yang menyatakan Kemerdekaan Indonesia dan wajib mengangkat senjata kepada penjajah. Resolusi jihad inilah yang membangkitkan semangat perjuangan arek-arek Jawa Timur khusus Surabaya untuk melahirkan peristiwa 10 Nopember 1945 yang kemudian terkenal dengan Hari Pahlawan. Jenderal Sudirman dan Bung Tomo adalah tokoh bangsa Indonesia yang senantiasa meminta petunjuk bagaimana strategi perjuangan kepada Hadratus Syekh.
Sisi lain yang tidak pernah disampaikan dalam penulisan sejarah hidup sang maha kiai ini, adalah mengenai peran Hadratus Syekh dalam turut serta membebaskan dunia Islam dari belenggu penjajajan. Karena ketika Hadratus Syekh belajar di Makkah, beliau bersama teman-teman pelajar dari berbagai bangsa seperti Afrika, Asia Selatan, Asia Tengah dan negara-negara Arab. Suatu ketika di malam Ramadhan di depan Multazam, sebuah tempat di dekat Ka’bah, berkumpul mengadakan pertemuan untuk membicarakan jidah fi sabilillah untuk menumpas penjajah.
Pertemuan itulah antara lain yang membiasakan semangat perjuangan negara-negara muslim untuk melepaskan diri dari penajajahan. Sebagai warga NU – baik pengurus maupun bukan, nampaknya harus digalakkan akan peranan perjuangan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari hukumnya sunnah muakkad, sunnah yang harus dilakukkan. Namun demikian sosok Mbah Hasyim layak diketahui oleh pelajar, mahasiswa, santri, kiai, atau siapa pun Anda.
Sumber : Majalah Aula Edisi 86, Juli, 1995
Perintis Kemerdakaan
Hadratus Syekh demikian KH. Hasyim Asy’ari dipanggil dikalangan Nahdhatul Ulama, memiliki perananan yang sangat besar dalam perjuangan bangsa Indonesia. Beliau hidup dimana pada masa-masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Masa Revolusi Perjuangan Kemerdeaan. Kharisma dan Peran Hadratus Syekh sangat besar. Perjuangan beliu yang besar ini sangat jarang di tulis dalam buku-buku sejarah formal misalnya di buku teks book mata pelajaran Sekolah Dasar, SMP dan juga SMA.
Nampak ironis memang, padahal justru karena jasa-jasanya yang besar terhadap perjuangan bangsa dan negara ini Hadratus Asy’ari diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia seperti tertuang dalam surat keputusan Presiden RI nomor 294 Tahun 1964 tanggal 17 Nopember 1964. Peranan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari adalah perjuangan beliau dalam mengangkat senjata terhadap penjajah, mendirikan lasykar Hizbullah, lasykar Sabilillah dan laskar Mujahidin.
Satu hal yang sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia adalah fatwa beliau mengenai Resolusi Jihad yaitu fatwa beliau mengenai sikap bangsa Indonesia (muslim yang menyatakan Kemerdekaan Indonesia dan wajib mengangkat senjata kepada penjajah. Resolusi jihad inilah yang membangkitkan semangat perjuangan arek-arek Jawa Timur khusus Surabaya untuk melahirkan peristiwa 10 Nopember 1945 yang kemudian terkenal dengan Hari Pahlawan. Jenderal Sudirman dan Bung Tomo adalah tokoh bangsa Indonesia yang senantiasa meminta petunjuk bagaimana strategi perjuangan kepada Hadratus Syekh.
Sisi lain yang tidak pernah disampaikan dalam penulisan sejarah hidup sang maha kiai ini, adalah mengenai peran Hadratus Syekh dalam turut serta membebaskan dunia Islam dari belenggu penjajajan. Karena ketika Hadratus Syekh belajar di Makkah, beliau bersama teman-teman pelajar dari berbagai bangsa seperti Afrika, Asia Selatan, Asia Tengah dan negara-negara Arab. Suatu ketika di malam Ramadhan di depan Multazam, sebuah tempat di dekat Ka’bah, berkumpul mengadakan pertemuan untuk membicarakan jidah fi sabilillah untuk menumpas penjajah.
Pertemuan itulah antara lain yang membiasakan semangat perjuangan negara-negara muslim untuk melepaskan diri dari penajajahan. Sebagai warga NU – baik pengurus maupun bukan, nampaknya harus digalakkan akan peranan perjuangan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari hukumnya sunnah muakkad, sunnah yang harus dilakukkan. Namun demikian sosok Mbah Hasyim layak diketahui oleh pelajar, mahasiswa, santri, kiai, atau siapa pun Anda.
Sumber : Majalah Aula Edisi 86, Juli, 1995
0 Comments: