Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ke XVIII yang dilaksanakan hari jumat tanggal 30 Mei 2014 di Gedung Olah Raga Kota Baru Jambi yang sejatinya menjadi ajang adu konsep atau adu gagasan pengkaderan Pengurus Cabang PMII seluruh Indonesia. Kongres PMII bisa menjadi agenda semu yang hanya bias karna kepentingan pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Posisi Ketua Umum sebuah organisasi seperti PMII menjadi daya Tarik tersendiri sehingga di setiap hajatan besar PMII berupa Kongres agenda dalam arena yang sangat menarik adalah pemilihan ketua umum pengurus besar sehingga terkadang lupa tujuan utama kongres mereview apa yang terjadi terhadap kader dari tingkatan pengurus besar sampai rayon disamping pembahasan AD/ART untuk mengasilkan keputusan mengenai persoalan yang terjadi.
Dalam sebuah akun facebook sahabat M. Kholidul Adib mengatakan acara kongres yang sudah dilaksanakan di Gedung Olah Raga Kota Jambi, bursa pemilihan Ketua Umum PB PMII sudah tidak sekeras dan semeriah kongres PMII yang lalu, dari penglaman yang diikuti pada waktu kongres PMII di Batam juga belum memaksimalkan para kandidat untuk adu gagasan. Dari kongres tahun 2008 dibatam, kongres tahun 2011 di Banjarbaru Kalimantan Selatan bahkan mungkin kongres di Jambi pun bursa calon ketua umum hanya diisi oleh orang-orang yang bermodalkan materi untuk memperebutkan posisi ketua umum. Tidak secara kebetulan juga agenda Kongres PMII yang sedang berlangsung bersamaam dengan Hajatnya Bangsa Indonesia nantinya yang akan memilih Presiden dan Wakil Presiden yang tentunya banyak godaan dan intervensi dari pihak luar maupun dalam yang mempunya kepetingan terhadap organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia yang mempunyai 255 Pengurus Cabang di Seluruh Indonesia.
Baca Juga : Makesta Wadah Penempaan Bagi IPNU-IPPNU
PMII jelas mempunyai sikap yang jelas, bahwa organisasi kemahasiswaan terutama PMII adalah independen dari berbagai tekanan dan kepentingan, sehingga agenda kongres akan menghasilkan berupa rekomendasi gagasan pemikiran terbaik mahasiswa yang akan diajukan kepada calon Presiden dan Wakil Presiden secara luas PMII dapat menjadi Penguji kelayakan dan kecakapan mereka dalam memimpin bangsa, dan secara khusus dapat meningkatkan agenda pengkaderan. Penegasan independen PMII akan intervensi akan agenda politik yang sedang terjadi disampaikan Sahabat Addin selaku Ketua Umum PB PMII penyampaian independen juga diharapkan berlaku untuk Ketua Umum saat agenda kongres untuk tidak memberikan tongkat estafet kepemimpinan secara khusuh kepada calon tertentu sehingga yang terjadi di arena kongres benar-benar yang mempunya konsep dan gagasan yang membangun PMII untuk masa tiga tahun kedepan.
Dalam Rapat Kerja Nasional (Rekernas) Muslimat NU, Ketua Umum PBNU K.H Said Aqil Siroj menyampaikan harapannya kepada PMII untuk kembali menjadi Badan Otonom NU agar eksistensi sahabat Pergerakan dapat dihargai karna PMII dan NU tidak bisa dipisahkan secara historis Kyai Said mewacanakan hal ini berkaitan dengan agenda kongres yang sedang berlangsung di Jambi apakah wacana seperti akan menjadi wacana yang hangat atau dingin di arena kongres, karna sahabat-sahabat PMII lebih melihat garis historis ketimbang struktural bahwa pendiri PMII merupakan anak-anak NU pada waktu itu. Kalaupun itu dipertanyakan kepada seluruh kader apakah PMII lebih baik menjadi Banom NU atau tetap diluar struktur NU, bisa dipastikan sahabat pergerakan akan menjawab tetap independen dengan alasan kebiasan hidup mandiri sudah merupakan hala yang sulit diubah lagi. Walupun demikian kader-kader PMII tidak menjauh dari para Kyai NU untuk tetap tabbayun dalam mendialogkan berbagai hal.
Siapapun yang menjadi Ketua Umum PB PMII berikutnya harus lebih mengkordinasikan para kader tingkatan rayon sampai pengurus besar agar tidak pincak dalam kemelut yang terjadi hanya gara-gara kandidat salah satu utusan cabang gagal dalam memenangkan pertarungan posisi Ketua Umum, terlebih lagi jika Ketua Umum terpilih dapat merangkul kandidat yang kalah. Menyedihkan jika Ketua Umum dipilih hanya bermodalkan materi akan seperti apa jadinya nanti arah Pergerakan para kader jika lebih mementingkan Pragmatis semata. Posisi ketua umum memang menjadi impian semua kader untuk memperebutkannya, akan tetapi jika ada kandidat memberikan biaya untuk transportasi tentunya akan berpengaruh buruk di PMII, dan jangan menyalahkan kader dari daerah apabila dalam acara kongres sering terjadi debat yang tidak ada untungnya yang mengakibatkan sesama kader saling hantam hanya untuk membela calon ketua umum yang mereka ajukan di arena kongres.
Dari arena Kongres yang sedang berlangsung diharapkan tidak hanya perebutan jabatan Ketua Umum yang menjadi prioritas sahabat-sahabat akan tetapi mengedepankan pola pengkaderan untuk masa kepengurusan dua tahun kedepan, perhatian dan bimbingan dalam menjalankan roda organinasi dan menumbuhkan kader yang militan apa gunanya jika PMII menyandang gelar sebagai organisasi kemahasiswaan terbesar di indonesia tetapi kosong didalamnya. Semoga tulisan menjadi pengantar sahabat-sahabat dalam mengambil keputusan.
Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dari masa ke masa :
1. Mahbub Junaidi (Periode 1960–1967)
2. Muhammad Zamroni (Periode 1967-1973)
3. Abduh Paddare (Periode 1973-1977)
4. Ahmad Bagja (Periode 1977-1981)
5. Muhyidin Arubusman (Periode 1981-1985)
6. Suryadharma Ali (Periode 1985-1988)
7. Muhammad Iqbal Assegaf (Periode 1988-1991)
8. Ali Masykur Musa (Periode 1991-1994)
9. Muhaimin Iskandar (Periode 1994-1997)
10. Syaiful Bahri Anshori (Periode 1997-2000)
11. Nusron Wahid (Periode 2000-2003)
12. A Malik Haramain (Periode 2003-2005)
13. Herry Heryanto Azumi (Periode 2005-2007)
14. Muhammad Rodli Kaelani (Periode 2008-2011)
15. Addin Jauharuddin (Periode 2011-2013)
16. Aminuddin Ma'ruf (Periode 2014-2016)
17. Agus Mulyadi Herlambang (Periode 2017-2019)
Sumber : almizanfandi.blogspot.com
http://fandifirman.blogspot.com/2015/01/kongres-pergerakan-mahasiswa-islam.html
Salam Pergerakan
BalasHapus