Puasa memang bergelut dalam dimensi ketaatan. Dan ketaatan itu merupakan sebuah kesadaran yang paling dalam dari nilai-nilai keyakinan beragama. Kesadaran itu pulalah yang mampu mematahkan segala macam godaan seperti makan, minum atau mungkin kemesraan/jimak/bersetubuh.
Ketika puasa itu sedang dinikmati dalam kesehariannya, berarti ia tengah meniti proses mencari nilai-nilai fithri, mencari nilai kesucian rohani. Setiap manusia yang telah banyak mengarungi liku-liku kehidupan duniawi dengan segala suka dan duka suatu saat pasti merindukan kefithrian rokhani, kesucian rokhani sebagaimana pasti ingin kembali sebagai manusia yang baru dilahirkan. Ibarat bayi tanpa dosa dan tanpa noda.
Dengan demikian Idul Fitri merupakan Hari Raya ummat Islam setelah selesai menjalankan Ibadah Puasa sebulan penuh. Idul Fitri artinya kembali kepada kesucian (fitrah), yakni setiap pribadi kaum muslimin yang telah menyelesaikan ibadah puasa dengan dasar iman dan mengharapkan keridhoan Allah dapat membersihkan dirinya dari kesalahan dan dosa terdahulu.
Dalam merayakan Idul Fitri diharapkan bagi umat Islam untuk mengagungkan dan menyemarakan seperti :
a. Mengagungkan asma Allah terutama pada malam hari Raya dengan mengumandangkan Tabir, tahmid, dan tahlil yang digabungkan menjadi : “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan melainkan Allah. Allah Maha Besar dan bagi-Nya segala puji”.
Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangan puasa serta bertakbir atas petunjuk yang telah diberikan-Nya kepadmu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bersyukur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Memberikan zakat fithrah setiap jiwa 2 ½ Kg makanan pokok dan menolong fakir miskin agar ikut bersenang pada hari raya.
Pada hari Raya Idul Fitri disunnahkan :
- Mandi Sunnah hari raya, sebelum shalat Ied.
- Memakai pakaian yang baik dan harum-harum. Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Agar pada hari raya itu mengenakan pakaian yang bagus, memakai wangi-wangian yang terbaik”. (HR. Halim dari Hasan bin shibti).
- Makan dan minum sekedarnya sebelum shalat hari raya sebagai tanda bahwa hari itu tidak ada puasa.
- Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Tidak berangkat ketempat shalat sebelum makan beberapa buah kurma”. (HR Ahmad Bukhari dan Anas).
- Mengerjakan shalat Sunnah hari Raya Idul Fitri dua rakaat secara berjamaah di lapangan atau masjid.
- Mengadakan silaturahmi, mempererat tali persaudaraan, dan saling maaf memaafkan, dengan cara berkunjung mengujungi dan menyelenggarakan Halal Bi Halal.
Dari seluruh uraian tersebut diatas, maka orang yang telah memenuhi panggilan Ramadhan berarti terpenuhi-lah sudah tujuan hidup yang sebenarnya selaku Hamba Allah yang kehadirannya didalam dunia ini sebagai ABDI. Tatkala akan keluar dari bulan Ramadhan ia keluar dengan predikat Pemenang Ramadhan yang menyandang “Muttaqin” dihari sebut ia jalani dengan ruhul Islam sehingga mati kelak dalam keadaan Islam.
Untuk itu marilah kita penuhi panggilan Ramadhan sekarang ini, dengan persiapan serta upaya maksimal, sehingga Insya Allah kita akan menemui suatu perubahan situasi kondisi yang menggembirakan kita, sesuai dengan idaman semua. Aamiin.
Sumber : Majalah Krida. Edisi 174. M Fackri Munawar
0 Comments: