Nama lengkap K.H. Hasyim Asy’ari adalah K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari, nama besar yang tentu sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi warga Nahdhiyin sebutan untuk kalangan Nahdhatul Ulama. Namanya terukir dengan tinta emas bagi masyarakat, seperti diketahui bersama Mbah Hasyim adalah seorang pendiri organisasai terbesar di Indonesia. K.H. Hasyim Asy’ari adalah anak laki-laki ketiga dari sebelas orang bersaudara, tujuh orang laki-laki dan empat orang wanita.
K.H. Hasyim Asy’ari lahir di Desa Nggedang sebelah utara Jombang Jawa Timur pada hari Selasa, 14 Februari 1871 M/24 Dzulqoidah 1287 H. K.H. Hasyim Asy’ari yang juga kakek dari K.H Abdurahhman Wahid atau yang biasa dikenal dengan nama Gus Dur Presiden Republik Indonesia ke-4. H. Asy’ari adalah ayahnya yang berasal dari Demak, Jawa Tengah. Sedangkan Ibunya Ny. Halimah. Pada tahun 1964 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Presiden K.H. Hasyim Asy’ari diakui sebagai pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Ini suatu bukti bahwa beliau bukan saja tokoh utama agama, tetapi juga tokoh nasional.
Hadrautus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari memiliki andil yang besar dalam perjuangan Bangsa Indonesia. Beliau hidup dimana pada masa-masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Masa Revolusi Perjuangan Kemerdekaan. Besarnya peranan beliau semasa perjuangan kemerdekaan belum diimbangi dengan penulisan sejarah dalam buku-buku sekolah formal pada mata pelajaran Sekolah Dasar, SMP dan juga SMA, nampak ironis memang.
Namun ada satu hal yang sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia mengenai fatwa beliau mengenai Resolusi jihad yaitu fatwa beliau mengenai sifat bangsa Indonesia (muslim yang menyatakan Kemerdekaan Indonesia dan wajib mengangkat senjata kepada penjajah). Resolusi Jihad inilah yang membangkitkan semangat perjuangan arek-arek Jawa Timur khususnya Surabaya untuk melahirkan peristiwa 10 Nopember 1945 yang kemudian terkenal dengan Hari Pahlawan.
Bung Tomo dan Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah tokoh bangsa Indonesia yang senantiasa meminta petunjuk bagaimana strategi perjuangan kepada Hadratus Syek K.H. Hasyim Asy’ari. Satu hal yang tidak pernah disampaikan dalam penulisan sejarah hidup sang maha kiai ini, turut andil dalam membebaskan dunia Islam dari belenggu penjajah.
Karena ketika K.H. Hasyim Asy’ari masih belajar di Makkah, beliau bersama teman-teman pelajar dari berbagai bangsa seperti Asia Selatan, Asia Tengan, Afrika dan negara-negara Arab. Di sebuah tempat depatn Multazam, sebuah tempat di dekat Ka’bah pada suatu malam Ramadhan mengadakan pertemuan untuk membicarakan jihad fi sabilillah untuk menumpas penjajah. Dalam pertemuan itulah antara lain yang membiasakan semangat perjuangan negara-negara muslim untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Ketokohan K.H. Hasyim Asy’ari di NU sangat sentral. Sehingga beliau menjadi tipe utama sosok pemimpin. Karena dalam pelaksanaannya mampu mengembangkan Islam melalui dunia pesantren dan mampu mengorganisasikan perjuangan politik melawan penjajah. Sedang dalam politik melawan penjajah K.H. Hasyim Asy’ari telah berjuang malalui penyampaian fatwa-fatwa, pemikiran-pemikiran, pergerakan, serta pengerahan kekuatan untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
Pada tanggal 25 Juli 1947, selang 2 tahun pasca kemerdekaan Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari pulang ke rahmatullah, dan dimakamkan di belakang Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Makam beliau menjadi tempat peziarah bagi warga Nadhhhiyin. Sebagai warna NU baik struktur maupun kultur, nampaknya harus digalakkan akan peranan perjuangan K.H. Hasyim Asy’ari hukumnya sunnah muakkad, sunnah yang harus dilakukkan.
K.H. Hasyim Asy’ari lahir di Desa Nggedang sebelah utara Jombang Jawa Timur pada hari Selasa, 14 Februari 1871 M/24 Dzulqoidah 1287 H. K.H. Hasyim Asy’ari yang juga kakek dari K.H Abdurahhman Wahid atau yang biasa dikenal dengan nama Gus Dur Presiden Republik Indonesia ke-4. H. Asy’ari adalah ayahnya yang berasal dari Demak, Jawa Tengah. Sedangkan Ibunya Ny. Halimah. Pada tahun 1964 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Presiden K.H. Hasyim Asy’ari diakui sebagai pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Ini suatu bukti bahwa beliau bukan saja tokoh utama agama, tetapi juga tokoh nasional.
Hadrautus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari memiliki andil yang besar dalam perjuangan Bangsa Indonesia. Beliau hidup dimana pada masa-masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Masa Revolusi Perjuangan Kemerdekaan. Besarnya peranan beliau semasa perjuangan kemerdekaan belum diimbangi dengan penulisan sejarah dalam buku-buku sekolah formal pada mata pelajaran Sekolah Dasar, SMP dan juga SMA, nampak ironis memang.
Namun ada satu hal yang sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia mengenai fatwa beliau mengenai Resolusi jihad yaitu fatwa beliau mengenai sifat bangsa Indonesia (muslim yang menyatakan Kemerdekaan Indonesia dan wajib mengangkat senjata kepada penjajah). Resolusi Jihad inilah yang membangkitkan semangat perjuangan arek-arek Jawa Timur khususnya Surabaya untuk melahirkan peristiwa 10 Nopember 1945 yang kemudian terkenal dengan Hari Pahlawan.
Bung Tomo dan Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah tokoh bangsa Indonesia yang senantiasa meminta petunjuk bagaimana strategi perjuangan kepada Hadratus Syek K.H. Hasyim Asy’ari. Satu hal yang tidak pernah disampaikan dalam penulisan sejarah hidup sang maha kiai ini, turut andil dalam membebaskan dunia Islam dari belenggu penjajah.
Karena ketika K.H. Hasyim Asy’ari masih belajar di Makkah, beliau bersama teman-teman pelajar dari berbagai bangsa seperti Asia Selatan, Asia Tengan, Afrika dan negara-negara Arab. Di sebuah tempat depatn Multazam, sebuah tempat di dekat Ka’bah pada suatu malam Ramadhan mengadakan pertemuan untuk membicarakan jihad fi sabilillah untuk menumpas penjajah. Dalam pertemuan itulah antara lain yang membiasakan semangat perjuangan negara-negara muslim untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Ketokohan K.H. Hasyim Asy’ari di NU sangat sentral. Sehingga beliau menjadi tipe utama sosok pemimpin. Karena dalam pelaksanaannya mampu mengembangkan Islam melalui dunia pesantren dan mampu mengorganisasikan perjuangan politik melawan penjajah. Sedang dalam politik melawan penjajah K.H. Hasyim Asy’ari telah berjuang malalui penyampaian fatwa-fatwa, pemikiran-pemikiran, pergerakan, serta pengerahan kekuatan untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
Pada tanggal 25 Juli 1947, selang 2 tahun pasca kemerdekaan Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari pulang ke rahmatullah, dan dimakamkan di belakang Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Makam beliau menjadi tempat peziarah bagi warga Nadhhhiyin. Sebagai warna NU baik struktur maupun kultur, nampaknya harus digalakkan akan peranan perjuangan K.H. Hasyim Asy’ari hukumnya sunnah muakkad, sunnah yang harus dilakukkan.
Sumber : http://www.mebloza.com/2016/12/hadratus-syekh-kh-hasyim-asyari.html
0 Comments: